Selasa, 22 Januari 2013

Alamat Panti Pijat di surabaya

Posting kali ini dalam artikel berjudul  : Alamat Panti Pijat di surabaya 
selamat membaca dan menikmati semoga bisa
menambah semangat sobat2 menghadapi hari demi hari....

Untuk sementara waktu artikel tentang :  Alamat Panti Pijat di surabaya 
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog.
setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali
artikelnya, trims sebelumnya

Untuk pengganti sementara artikel yang sobat2 cari, admin ganti
dengan cerita plus dibawah ini ya...
semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...


Dosa Seorang Istri

Pengalaman-pengalaman saya ini dimulai pada akhir tahun lalu, yang juga
merupakan perkenalan pertama saya dengan sebuah Website cerita cerita dewasa.
Sebelum kejadian-kejadian tersebut, saya adalah seorang ibu rumah tangga yang
baik dan tanpa cacat (menurut saya lho). Umur saya 42 tahun. Saya memiliki dua
orang anak keduanya laki-laki. Anak saya terbesar Tony berumur 15 tahun di kelas
tiga SMP, sedangkan sikecil Sandy masih berusia 4 tahun. Suami saya bekerja di
suatu instansi pemerintah dan kami hidup normal dan bahagia. Saya sendiri
seorang sarjana dari perguruan tinggi ternama di negara ini tetapi memilih tidak
bekerja. Saya taat beragama dan mengenakan jilbab hingga sekarang.
Tetapi sejak kejadian-kejadian ini, saya merasa sebagai wanita berdosa yang
tidak lagi mampu menghindari dosa bersetubuh dengan laki-laki yang bukan suami
sendiri. Membayangkan kejadian-kejadian tersebut saya selalu ingin menangis
tetapi pada saat yang sama saya juga didera oleh nafsu birahi membara yang tidak
mampu saya atasi.
Kejadiannya adalah sebagai berikut. Saat itu sore hari sekitar jam tiga dan saya
baru saja bangun tidur dan Sandy masih tertidur di sebelah saya. Sedangkan suami
saya masih bekerja di kantor nya.
Dari dalam kamar saya dapat mendengar suara komputer yang dimainkan anak saya
Tony di ruang tengah yang berbatasan langsung dengan kamar tidur saya. Kami
berlangganan internet (saya sering juga browsing di internet dan mahir
menggunakan komputer) dan sedangkan Tony sering sekali menggunakan komputer,
tetapi saya tidak tahu persis apa yang dimainkan. Saya kira dia hanya main game
saja. Pintu kamar saya agak terbuka.

Saya bermaksud untuk keluar dari kamar, tetapi ketika saya menarik pintu, apa
yang terlihat membuat saya tertegun dan mengurungkan niat tersebut. Apa yang
terlihat dari balik pintu membuat hati saya betul-betul terguncang. Walau agak
kurang jelas, saya masih dapat melihat di layar komputer tampak sosok wanita
kulit putih telanjang tanpa busana dengan posisi terlentang dan kaki terbuka
dengan kemaluan yang tampak jelas. Saya menjadi kesal karena Tony yang masih
anak-anak melihat hal-hal yang sangat terlarang tersebut. Tetapi yang kemudian
membuat saya shock adalah setelah saya menyadari bahwa Tony sedang mengurut-urut
penisnya. Dari dalam kamar saya dapat melihat resleting celana Tony terbuka dan
celananya agak turun. Tony sedang duduk melihat layar sambil mengusap-usap
penisnya yang tampak berdiri tegang dan kaku.
Sejak dia disunat lima tahun yang lalu saya, hampir tidak pernah lagi melihat
anak saya itu telanjang. Tony sudah dapat mengurus dirinya sendiri. Tinggi Tony
sekitar 158 cm dan sudah hampir sama dengan tinggi saya yang sekitar 162 cm.
Samar-samar saya dapat melihat rambut kemaluannya yang tampaknya masih sedikit.
Saya betul-betul tercengang melihat semua ini. Kemaluannya memang tidak
berukuran besar tetapi melihat demikian kakunya batang anak ini membuat saya
tanpa sadar berdebar. Batang kemaluannya tampak berwarna coklat kemerahan dengan
urat-urat yang menonjol kebiruan. Samar-samar saya dapat mendengar napasnya yang
terengah. Tony sama sekali tidak menyadari bahwa saya sudah bangun dan melihat
kelakuannya dari balik pintu.
Kejadian Tony membelai-belai kemaluannya ini berlangsung terus selama lebih
kurang empat-lima menit lamanya. Yang mengagetkan adalah reaksi kewanitaan tubuh
saya, ternyata jantung saya terasa berdebar keras menyaksikan batang kemaluan
yang demikian kaku dan berwarna semakin merah, terutama bagian kepalanya.
Pandangan saya beralih-alih dari kemaluan wanita telanjang di layar komputer ke
batang anak saya sendiri yang terus diusap-usapnya. Gerakan tangannya semakin
cepat dan mencengkeram bagian kemaluannya dengan muka yang tampak tegang
memandangi layar monitor. Kepala batang yang mengeras itu tampak diremas-remasnya.
Astaga .., dari lubang di kemaluannya berleleran keluar cairan bening. Cairan
kental bening tersebut diusap-usap oleh jari Tony dan dioles-oleskan ke seluruh
kemaluannya. Kini ia juga menekan-nekan dan meremas kantung pelir dan
dimainkannya bolanya. Kemaluan itu kini tampak basah dan berkilap. Napas Tony
terdengar sangat keras tetapi tertahan-tahan. Saya merasa napsu birahi saya
muncul, tubuh saya mulai gemetar dan darah mengalir di dalam tubuh dengan deras.
Napas sayapun mulai tak teratur dan saya berusaha agar napas saya tak terdengar
oleh Tony.
Apa yang saya lihat selanjutnya membuat saya sangat tergetar. Tubuh Tony tampak
mengejang dengan kakinya agak terangkat lurus kaku, sementara tangannya
mencengkeram batang kemaluan itu sekuat-kuatnya.
“Eeegh, heeggh .”, Tony mengerang agak keras, dan ya ampun …, yang tidak saya
sangka-sangka akhirnya terjadi juga. Dari lubang di kepala batang kemaluannya
terpancar cairan putih kental. Tony yang saya anggap anak kecil itu memuncratkan
air mani. Cairan kental itu memuncrat beberapa kali. Sebagian jatuh ke perutnya
tetapi ada juga yang ke lantai dan malah sampai ke keyboard komputer. Tangan
Tony mencengkeram kontol yang memerah itu dan menariknya sekuatnya ke pangkal
batang. Ohhh .., kontol itu tampak kaku, tegang, urat-urat menonjol keluar, mani
muncrat keatas. Melihat air mani muncrat seperti itu segera saja saya merasakan
lonjakan birahi yang luar biasa di sekujur tubuh saya. Memek saya terasa menjadi
basah dan napas saya menjadi tersengal sengal
Saya berusaha mengendalikan diri dari rangsangan birahi sebisa-bisanya, ada
semacam perasaan tidak enak dan bersalah yang tumbuh menyaksikan anak saya dan
terutama atas reaksi tubuh saya seperti ini. Tony masih terus mengurut-urut
batang kontolnya dan air mani yang tersisa tampak mengalir sedikit-sedikit dari
lubang kencing di kepala kontolnya. Tony melumuri permukaan kontolnya dengan air
mani tadi dan terus menggosok-gosok kontolnya. Kini kontol itu tampak diselimuti
oleh mani berwarna keputihan. Samar-samar saya dapat mencium bau mani yang
bertumpahan karena jarak saya dengan Tony sebetulnya sangat dekat hanya dua
meteran.
Tony tampak mulai tenang dan napasnya semakin teratur. Kontol yang berleleran
air mani mulai mengendur. Ia menghela napas panjang dan tampak lega terpuaskan.
Kontol itu sekarang tampak terkulai kecil dan lemah berwarna kecoklatan, sangat
berbeda dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Tony kemudian berdiri dan
menuju ke kamar mandi. Ia masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.

Seolah-olah ada yang menuntun, saya berjingkat menuju komputer tanpa menimbulkan
bunyi. Saya memandang lekat ke layar komputer, mengagumi tubuh wanita muda
berkulit putih (orang Barat) yang telah mengundang nafsu anak saya. Tanpa sadar
saya menghela napas melihat kemaluannya. Rambut jembutnya berwarna kecoklatan
tampak tertata seperti pernah dicukur. Sesuatu yang tidak pernah saya lakukan
pada rambut kemaluan saya dan tak pernah terpikirkan untuk melakukannya.
Pandangan saya beralih ke tetesan-tetesan mani yang tampak di dekat keyboard.
Saya mengusap mani tersebut dengan jari dan entah mengapa saya mencium dan
menjilati jari tangan saya yang berleleran dengan mani. Rasanya asin dan baunya
terasa lekat, tetapi nafsu birahi saya terbangkit lagi. Saya tidak ingin Tony
curiga. Dari layar komputer saya melihat address internetnya adalah ………. (tidak
perlu saya sebutkan) dan saya catat saja di dalam hati. Saya berjingkat masuk
kamar dan membaringkan tubuh. Tak lama saya dengar Tony kembali ke komputernya
dan saya kira ia sedang membersihkan sisa-sisa mani yang tadi ia muncratkan.
Kemudian saya dengar ia bermain game (kedengaran dari bunyi nya).
Lima belas menit kemudian saya pura-pura baru saja terbangun dan keluar dari
kamar. Sikap Tony tampak agak canggung tetapi saya kira ia yakin bahwa kejadian
tadi tidak saya ketahui. Saya sendiri bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi
apa-apa.
Sejak saat itu saya merasa ada perubahan luar biasa pada diri saya. Sebelumnya
saya melakukan hubungan sex dengan suami hanyalah sebagai suatu hal yang rutin
saja. Kejadian Tony melakukan onani didepan computer membuat saya menemukan
sesuatu yang baru dalam hal soal sex. Sesuatu yang menggairahkan, nafsu birahi
yang menggelegak, tetapi sekaligus perasaan dosa, karena ini dibangkitkan oleh
kejadian yang dilakukan anak saya sendiri. Apa yang dilakukan anak saya membuat
saya shock, tetapi yang juga mengerikan adalah justru anak saya sendiri
membangkitkan nafsu birahi saya yang menyala-nyala. Tony yang selalu saya anggap
anak masih kecil dan tidak mungkin berhubungan dengan hal hal yang berbau sex
dan porno. Selalu terbayang di mata saya wajah Tony dengan napas terengah engah
dan muka tegang, kocokan tangannya, batang kontol yang berwarna kemerahan sangat
tegang dengan urat yang menonjol. Air mani yang memuncrat-muncrat dari lubang
kontolnya. Ya Tuhan .. , KONTOL itu adalah milik anak saya.
Sejak kejadian itu saya sering terbayang penis Tony yang sedang memuncrat -
muncratkan air maninya. Penis yang kaku itu tidak berukuran besar, menurut saya
tidak terlalu panjang dan besar menurut usianya. Tetapi yang tidak dapat saya
lupakan adalah warnanya yang kemerahan dengan urat-urat hijau kebiruan yang
menonjol. Saat itu penis itu begitu tegang berdiri hampir menyentuh perutnya.
Jika mengingat dan membayangkan kejadian itu, birahi saya mendidih, terasa ada
cairan merembes keluar dari lubang kemaluan saya.
Hal lain yang memperparah keadaan adalah, sejak hari kejadian itu, saya mulai
berkenalan dengan dunia baru yang tidak pernah saya datangi sebelumnya. Saya
sudah biasa browsing di Yahoo ataupun yang lain. Tetapi sejak mengenal “Cerita
Dewasa” saya mulai mengarungi dunia lain di internet. Sehari sesudah kejadian
Tony onani, saya mulai membuka-buka situs “Cerita Dewasa” Tentu saja itu
saya lakukan pada saat tidak ada orang di rumah. Pembantu saya, setelah
melakukan tugas didalam rumah, biasanya selalu mendekam dikamarnya. Tony belum
pulang dari sekolahnya, sedangkan Suami saya masih di kantornya. Saya hanya
berdua dengan Sandy yang biasanya lebih senang bermain di kamar tidur.
Saat itulah saya mulai mencoba-coba “Cerita Dewasa” Saya tidak menyangka ada
suatu situs internet menyajikan cerita dan gambar pornografi yang seperti itu.
Saya membuka - buka gambar wanita-wanita telanjang yang tampak tidak malu-malu
memperagakan bagian kewanitaannya yang seharusnya ditutup rapat rapat. Mereka
tampaknya menikmati apa yang mereka lakukan dengan mempertontonkan bagian
tubuhnya yang terlarang.
Pada hari itu saya mulai juga menemukan situs-situs lain yang lebih porno. Ada
sekitar 3 jam saya berpindah-pindah dan mempelajari dunia sexual penuh nafsu
yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Laki-laki dan perempuan bersetubuh
dengan berbagai macam cara yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya dan yang
tidak pernah saya praktekkan sebelumnya dengan suami. Ada perempuan yang
menghisap penis berukuran sangat besar (kelihatannya lebih besar dari penis
suami saya) hingga penis itu memuntahkan air maninya. Astaga, perempuan itu
membiarkan mani itu muncrat sampai membasahi wajahnya, berleleran, dan bahkan
meminumnya tanpa ada rasa jijik.
Sejak saat itu setiap hari saya menjelajahi internet. Saya mempelajari semua
bentuk sex yang ada di situs-situs itu. Penis orang negro yang hitam legam dan
panjang agak mengerikan bagi saya, tetapi juga membangkitkan birahi saya.
Membayangkan penis hitam panjang itu menembus kemaluan wanita, panas dingin saya
membayangkannya. Yang betul-betul baru buat saya adalah anal-sex. Saya meraba-raba
dubur saya dan berpikir apakah tidak menyakitkan. Tetapi wanita-wanita dengan
lubang dubur yang menganga dan tertembus penis itu tampaknya terlihat nikmat
nikmat saja.
Tetapi yang paling membangkitkan birahi saya adalah persetubuhan orang Jepang.
Mungkin karena mereka sama-sama orang Asia, jadi tampak lebih real dibandingkan
dengan wanita kulit putih. Dan mungkin ada kesan surprise juga bagi saya, bahwa
orang-orang Jepang yang tampak sopan itu dapat begitu bernafsu di dalam sex.
Saya memang bukan orang keturunan Chinese, tetapi kulit saya cukup putih untuk
ukuran orang Indonesia. Jadi saya melihat semacam ada kesamaan antara diri saya
dengan wanita Jepang itu walau tentunya kulit saya tidak seputih mereka. Yang
agak surprise adalah rambut kemaluan wanita wanita Jepang yang cenderung hitam
lebat, tidak dicukur seperti kebanyakan orang kulit putih. Wanita Jepang juga
memiliki kulit kemaluan, bibir-bibir memek yang berwarna gelap kecoklatan, mirip
seperti kemaluan saya sendiri (Ya Allah, saya sampai menuliskan hal-hal seperti
ini, ampun ya Allah).
Saya juga mendapatkan suatu situs (kalau tidak salah dari ……..com) di mana
wanita-wanita muda Jepang mengisap penis hingga muncrat dan air mani yang sangat
banyak berleleran di mukanya yang berkulit putih. Saya selalu panas dingin
melihat itu, dan tanpa sadar saya membayangkan lagi penis kecil Tony yang tegang
dan memuncratkan air maninya.
Kehidupan sex internet yang paling memabukkan saya adalah cerita-cerita nafsu di
“Cerita Dewasa” dan melebihi segala suguhan gambar sex yang ada. Saya sangat
terangsang membaca cerita-cerita menakjubkan itu. Tidak saya sangka bahwa
kehidupan sex orang-orang Indonesia dapat seliar dan juga seindah itu. Yang
paling merangsang dan membuat saya agak histeris adalah cerita sex antara orang
yang masih sedarah, seperti antara tante dengan keponakan, antara sepupu,
saudara ipar, atau malah antara anak dan mertua. Mungkin ini karena perasaan
saya terhadap Tony anak saya. Di situs lain, saya pernah membaca cerita sexual
antara anak dengan ibunya. Saya sampai menangis membaca cerita itu, tetapi juga
sekaligus merasakan birahi yang luar biasa. Ini tidak berarti bahwa saya berniat
menyetubuhi anak saya sendiri, saya takut atas dosanya. Namun tidak dapat saya
pungkiri, bahwa saya terkadang membayangkan kontol Tony yang sangat kaku itu
masuk ke dalam memek saya. Saya selalu mohon ampun di tiap doa dan sembahyang,
tetapi pada saat sama saya juga tak berdaya. Saya mulai membayangkan laki-laki
dari keluarga dekat saya, ipar-ipar saya. Saya kira kejadian berikutnya yang
akan saya ceritakan adalah takdir yang tidak dapat saya hindarkan. Saya begitu
lemah dari godaan setan dan sangat menikmati apa yang saya perbuat.
Kejadian itu adalah pada sore hari sekitar jam setengah empat, beberapa minggu
setelah kejadian saya memergoki Tony beronani, kalau tidak salah dua atau tiga
hari menjelang bulan puasa Ramadhan. Saya baru saja selesai Ashar. Sebelumnya
saya baru menutup internet, membaca cerita-cerita di “Cerita Dewasa” Dengan
shalat saya merasa agak tenang. Pada saat shalat itu akan selesai, saya
mendengar ada ketukan pintu, ada tamu. Apa boleh buat, si tamu harus menunggu
saya selesai.
Sesudah selesai shalat saya intip dari dalam, ternyata dia adalah Budi. Ia
adalah suami dari ipar (adik suami) saya. Saya sangat dekat dengan Dian, istri
Budi. Saya juga mempunyai hubungan baik dengan Budi. Ia berumur kira-kira 36
tahun, berwajah tampan dengan kulit putih dan kuakui lebih tampan dari suami
saya. Perawakannya tidak tinggi, hanya sekitar 164 cm, hampir sama dengan tinggi
saya. Dia bekerja di instansi yang sama dengan suami saya (mungkin hasil kkn ya
?)
Melihat Budi di luar saya jadi agak terburu-buru. Biasanya saya menemui orang
yang bukan suami dan anak (atau wanita) selalu dengan mengenakan pakaian wanita
rapi dan tertutup rapat. Karena terburu-buru dan tanpa saya sadari, saya hanya
mengenakan baju tidur berkain halus warna putih sebatas lutut berlengan pendek
dengan kancing-kancing di depan. Untung saya masih sempat mengenakan secarik
kain selendang warna hitam untuk menutup kepala, bukan jilbab, tetapi seperti
selendang tradisional yang diselempangkan di kepala hanya untuk menutup rambut.
Leher saya terbuka dan telinga saya terlihat jelas. Apa boleh buat saya tidak
dapat membiarkan Budi menunggu saya didepan rumah terlalu lama.
Saya membuka pintu. Budi tersenyum melihat saya walaupun saya tahu dia agak
heran melihat saya tidak berpakaian seperti biasanya.
“Apa kabar kak Win”, sapanya, “Saya membawakan titipan pakaian dari Dian, untuk
Sandy “.
“Eh, ayo masuk Bud, baru dari kantor ya ?”, dan saya persilakan dia masuk.
Saya lalu mengambil barang yang dibawa Budi dan meletakkannya di meja makan.
Meja makan terletak di ruang tengah tidak jauh dari meja komputer. Ruang tengah
berhubungan langsung tanpa pembatas dengan ruang tamu di bagian depan dan dapur
di bagian kiri. Dapur dapat terlihat jelas dari ruang tamu.
Sambil duduk di sofa ruang tamu, Budi mengatakan “Saya tadi ketemu kak Kamal di
kantor katanya baru pulang jam enam nanti”. Kamal adalah suami saya. “Mana anak-anak,
Win ?”, kata Budi lagi.
“Tony sedang main ke rumah teman dari siang tadi dan katanya mungkin baru pulang
agak malam” kata saya. Tiba-tiba saya menyadari bahwa kami hanya berdua saja.
Terus terang, Budi dan Dian adalah kerabat yang paling saya sukai karena
perangai mereka berdua yang sopan dan terbuka.

Saya duduk di sofa di seberang agak ke samping dari kursi sofa yang diduduki
Budi. Pada saat saya mulai duduk saya baru menyadari agak sulit untuk duduk
dengan rapi dan tertutup dengan pakaian yang saya kenakan. Posisi alas duduk
sofa cukup rendah sehingga pada saat duduk lutut terasa tinggi dibandingkan
dengan pantat. Jadi bagian bawah paha saya agak terangkat sedikit dan agak sulit
tertutup sempurna dengan pakaian seperti yang saya kenakan dan pada saat duduk
ujung pakaian tertarik sedikit ke atas lutut. Budi tampak agak terkesiap melihat
saya. Sekilas ia melirik ke lutut dan paha saya yang memang putih dan tidak
pernah kena sinar matahari (saya selalu berpakaian muslim ke luar rumah). Saya
agak malu dan canggung (saya kira Budi juga tampak agak canggung). Tetapi kami
sudah bukan remaja lagi dan dapat menguasai diri.
“Apa kabar Dian, Bud”, tanya saya.
“Dian beberapa hari ini kurang sehat, kira-kira sudah semingguan lah”, kata Budi.
“Bagaimana Tony, Win ?, apa enggak ada pelajaran yang tertinggal ?”, Budi balik
bertanya.
“Yah, si Tony sudah mulai oke koq dengan pelajarannya. Mudah-mudahan saja sih
prestasinya terus-terusan bagus”, saya jawab.
Tiba-tiba Budi bilang ” Wah, kayak-kayaknya Tony semakin getol main komputernya
yah Win, kan sudah hampir SMA”. Deg perasaan saya, semua pengalaman internet
jadi terbayang kembali. Terutama terbayang pada Tony saat ia beronani di depan
komputernya.
“Eh, kenapa kak Win, koq kaya seperti orang bingung sih ?”, Budi melihat
perubahan sikap saya.
“Ah, tidak apa-apa kok. Tapi si Tony memang sering sekali main komputer.” kata
saya. Saya mendadak merasakan keberduaan yang mendalam di ruangan itu. Saya
merasa semakin canggung dan ada perasaan berdebar. Untuk menghindar dari
perasaan itu saya menawarkan minum pada Budi, “Wah lupa, kamu mau minum apa Bud
?”.
“Kalau tidak merepotkan, saya minta kopi saja deh”, kata Budi. Saya tahu, Budi
memang paling suka minum kopi.
Saya bangkit berdiri dari sofa. Tanpa saya sengaja, paha dan kaki saya sedikit
terbuka pada saat saya bangun berdiri. Walaupun sekilas, saya melihat pandangan
mata Budi melirik lagi ke paha saya, dan tampak agak gugup. Apakah dia sempat
melihat bagian dalam paha saya, pikir saya di dalam hati.
“Tunggu sebentar ya..”, kata saya ke Budi. Sebelum membuat kopi untuk Budi, saya
ke kamar tidur dulu untuk menengok Sandy. Sambil menuju ke kamar saya melirik
sebentar ke arah Budi. Budi tampak tertunduk tetapi tampak ia mencuri pandang ke
arah saya.
Saya tersadar bahwa penampilan pakaian saya yang tidak biasanya telah menarik
perhatiannya. Terutama sekali mungkin karena posisi duduk saya tadi yang sedikit
menyingkap bagian bawah pakaian saya. Saya yang terbiasa berpakaian muslim
tertutup rapat, ternyata dengan pakaian seperti ini, yang sebenarnya masih
terbilang sopan, telah mengganggu dan menggugah (sepertinya) perhatian Budi.
Menyadari ini saya merasa berdebar-debar kembali, dan tubuh saya terasa seperti
dialiri perasaan hangat.
Anak saya Sandy masih tertidur nyenyak dengan damainya. Tanpa sengaja saya
melihat cermin lemari pakaian dan menyaksikan penampilan saya di kaca yang
membuat saya terkesiap. Ternyata pakaian yang saya kenakan tidak dapat
menyembunyikan pola pakaian dalam (bra dan celana dalam) yang saya kenakan.
Celana dalam yang saya pakai terbuat dari bahan (agak tipis) berwarna putih
sedangkan kutangnya berwarna hitam. Karena pakaian yang saya kenakan berwarna
putih dan terbuat dari bahan yang agak halus maka celana dalam dan bh tadi
tampak terbayang dari luar. Ya ampun ., saya tidak menyadari, dan tentunya Budi
dapat melihat dengan leluasa. Saya menjadi merasa agak jengah. Tetapi entah
mengapa ada perasaan lain yang muncul, saya merasa sexy dan ada perasaan puas
bahwa Budi memperhatikan penampilan saya yang sudah cukup umur ini. Tubuh saya
tampak masih ramping dengan kulit yang putih. Kecuali bagian perut saya tampak
ada sedikit berlemak. Budi yang saya anggap sopan dan ramah itu ternyata
memperhatikan tubuh dan penampilan saya yang sebetulnya sudah tidak muda lagi.
Saya merasa nakal dan tiba-tiba perasaan birahi itu muncul sedikit demi sedikit.
Bayang-bayang persetubuhan dan sex di internet melingkupi saya. Oh., bagaimana
ini.. Aduh ., birahi ini, apa yang harus dilakukan.
Saya jadi tidak bisa berpikir lurus. Saya berusaha menenangkan diri tetapi tidak
berhasil. Akhirnya saya putuskan, saya akan melakukan sedikit permainan, dan
kita lihat saja apa nanti yang akan terjadi. Saya merasa jatuh ke dalam takdir.
Dengan dada berdebar, perasaan malu, perasaan nakal, dan tangan agak gemetar,
saya membuka kancing baju saya yang paling bawah. Bagian bawah dari baju saya
sekarang tersibak hingga 15 cm di atas lutut. Mungkin bukan seberapa, tetapi
bagi saya sudah lebih dari cukup untuk merasakan kenakalan birahi. Satu lagi
kancing baju yang paling atas saya buka sehingga bagian atas yang mulai
menggunduk dari susu saya mulai terlihat. Payudara saya tidak besar, berukuran
sedang-sedang saja. Sambil berdebar-debar saya keluar kamar menuju dapur.
“Wah maaf ya Bud, agak lama, sekarang saya buat dulu kopinya.” kata saya. Saya
dapat merasakan Budi memandang saya dengan perhatian yang lebih walaupun tetap
sangat sopan. Ia tersenyum, tetapi lagi-lagi pandangannya menyambar bagian bawah
tubuh saya. Saya tahu bahwa untuk setiap langkah saya, pakaian bawah saya
tersibak, sehingga ia dapat melihat bagian paha saya yang mulai sangat memutih,
kira-kira 20 cm di atas lutut. Saya merasa sangat sexy dan nakal, dibarengi
dengan birahi. Saat itu saya tidak ingat lagi akan suami dan anak. Pikiran saya
sudah mulai diselimuti oleh nafsu berahi.
Saya berpikir untuk menggoda Budi. Saya membuka lemari dapur dan membungkuk
untuk mengambil tempat kopi dan gula. Saya sengaja membungkukkan pinggang ke
depan dengan menjaga kaki tetap lurus. Baju saya bagian belakang tertarik ke
atas sekitar 20 cm di atas lipatan lutut dan celana dalam tercetak pada baju
karena ketatnya. Saya dapat merasakan Budi memandangi tubuh saya terutama pantat
dan paha saya. Kepuasan melanda saya yang dapat menarik perhatian Budi. Saya
merasa Budi selalu melirik-lirik saya ke dapur selama saya menyiapkan kopi.
Secangkir kopi yang masih panas saya bawa ke ruang tamu. Tepat di depan sofa ada
meja pendek untuk meletakkan penganan kecil atau pun minuman. Saya berjongkok
persis di seberang Budi untuk meletakkan kopi. Saya berjongkok dengan satu lutut
di lantai sehingga posisi kaki agak terbuka. Samar-samar saya mendengar Budi
mendesis. Sambil meletakkan kopi saya lirik dia, dan ternyata ia mencuri pandang
ke arah paha-paha saya. Saya yakin ia dapat melihat nyaris ke pangkal paha saya
yang tertutup celana dalam putih. Sambil berjongkok seperti itu saya ajak dia
ngobrol.
“Ayo di minum kopinya Bud, nanti keburu dingin”, kata saya.
“Oh, ya, ya, terima kasih”, kata Budi sambil mengambil kopi yang memang masih
panas, sambil kembali pandangannya menyambar ke arah bagian dalam paha saya.
“Apa tidak berbahaya terlalu banyak minum kopi, nanti ginjalnya kena”, tanya
saya untuk mengisi pembicaraan.
“Memang sih, tetapi saya sudah kebiasaan”, kata Budi. Sekitar tiga menitan saya
ngobrol dengan Budi membicarakan masalah kopi, sambil tetap menjaga posisi saya.
Saya lihat Budi mulai gelisah dan mukanya agak pucat. Apakah ia terangsang,
tanya saya dalam hati.
Saya kemudian bangkit dan duduk di sofa di tempat semula saya duduk. Saya duduk
dengan menyilangkan kaki dan menumpangkan paha yang satu ke atas paha yang lain.
Saya melihat lagi Budi sekilas melirik ke bagian tubuh saya .
“Hemmhhh ..”, saya mendengar Budi menghela napas. Bagian bawah baju saya
tertarik jauh ke atas hingga setengah paha, dan saya yakin Budi dapat melihat
paha saya yang terangkat (di atas paha yang lain) hingga dekat ke pantat saya.
Kami terdiam beberapa saat. Secara perlahan saya merasakan memek saya mulai
berdenyut. Suasana ini membuat saya mulai terangsang. Pandangan saya tanpa
terasa menyaksikan sesuatu yang mengguncang dada. Saya melihat mulai ada
tonjolan di celana Budi di bagian dekat pangkal paha. Dada saya berdebar-debar
dan darah terasa mendesir. Saya tidak sanggup mengalihkan pandangan saya dari
paha Budi. Astaga, tonjolan itu semakin nyata dan membesar hingga tercetaklah
bentuk seperti batang pipa. Oh., ukuran tonjolan itu membuat saya mengejang.
Saya merasa malu tetapi juga dicengkeram perasaan birahi. Muka saya terasa
memerah. Saya yakin Budi pasti menyaksikan saya memandangi tonjolan kontolnya.
Untuk memecahkan suasana diam saya berusaha mencari omongan. Sebelumnya saya
agak menyandar pada sofa dan menurunkan kaki saya dari kaki yang lain. Sekarang
saya duduk biasa dengan paha sejajar agak terbuka. Bagian bawah baju saya
tertarik ke atas.
“Ehhheeehh”, terdengar desah Budi. Kini ia dapat melirik dan menyaksikan dengan
leluasa kedua belah paha saya hingga bagian atas. Sebagai seorang ibu yang sudah
beranak, paha saya cukup berisi dengan sedikit lemak dan berwarna putih. Budi
seolah tidak dapat mengalihkan pandangannya dari paha saya. Ohhhh .., saya lihat
tonjolan di celananya tampak berdenyut. Saya merasakan nafsu yang menggejolak
dan pumya keinginan untuk meremas tonjolan itu.
“Eh .. Bud, kenapa kamu? Kamu kok kayaknya pucat lho”, astaga suara saya
terdengar gemetar.
“Ah.., kak Win .., enggak … apa-apa kok”, suara Budi terputus-putus, wajahnya
agak tersipu, merah dan tampak pucat.
“Itu kok ada tonjolan, memangnya kamu kenapa?”, kata saya sambil menggangukkan
kepala ke tonjolan di celananya. Ahh, saya malu sekali waktu mengucapkan itu,
tapi nafsu saya mengalahkan semua pikiran normal.
“Ehh.., euuuh., oh yahh ., ini lho, penampilan kak WIN beda sekali dengan
biasanya” kata Budi jujur sambil terbata-bata. Saya paksakan diri untuk
mengatakan.
“Apa Budi tertarik . terangsang .. melihat kak Win?”.
“Ahh, saya nggak bisa bohong, penampilan kak Win .. eh . tidak biasanya. Kak Win
mesti sudah bisa lihat kalau saya terangsang. Kita kan sudah bukan anak kecil
lagi” kata Budi.
Tiba-tiba saja Budi berdiri dan duduk di sebelah saya.
“Kak Win, . eh saya mohon mohon maaf, tapi saya tidak sanggup menahan perasaan.
Kak Win jangan marah … ” begitu saja meluncur kata-kata itu dari Budi. Ia
mengucapkan dengan sangat perasaan dan sopan. Saya terlongong-longong saja
mendengar kata - katanya..
“Ahh .. Bud .”, hanya itu kata yang terucap dari mulut saya. Dengan beraninya
Budi mulai memegang tangan kanan saya dan mengusap-usapnya dengan lembut.
Diangkatnya tangan saya dan diciumi dengan lembut. Dan yang menggairahkan saya,
jari-jari tangan saya dijilat dan dihisapnya. Saya terbuai dan terangsang oleh
perbuatannya. Tiba-tiba saja diletakkannya tangan saya tepat di atas kontolnya
yang menonjol. Tangan saya terasa mengejang menyentuh benda yang keras dan liat
tersebut. Terasa kontol Budi bergerak-gerak menggeliat akibat sentuhan dan
remasan tangan saya.
“Eehhmm.” Budi mendesah. Tanpa terasa saya mulai meremas-remas tonjolan itu, dan
kontol batang Budi terasa semakin bergerak-gerak.
“Oooh kak Win, eeehhhmmm … ohhgg, nikmaat sekali .”, Budi mengerang.
“Eeehhh . jangan terlalu keras kak meremasnya, ahh .. diusap-usap saja, saya
takut tidak kuat nahannya”, bisik Budi dengan suara gemetar.
Budi mulai membelai kepala saya dengan kedua tangannya. “Kak Win lehernya putih
sekali”, katanya lagi. Saya merasa senang mendengar ucapannya. Dibelainya rambut
saya dengan lembut sambil menatap muka saya. Saya bergetar memandang tatapannya
dan tidak mampu melawan pandangannya. Budi mulai menciumi pipi saya. Dikecupnya
kedua mata saya mesra. Digesek-gesekkannya hidungnya ke hidung saya ke bibir
saya berlama-lama bergantian. Saat itu tidak hanya birahi yang melanda saya ..
tetapi juga perasaan sayang yang muncul.

Ditempelkannya bibirnya ke bibir saya dan digesek-gesekkan. Rasa geli dan panas
terasa menjalar merambat dari bibir saya ke seluruh tubuh dan bermuara ke daerah
selangkangan. Saya benar-benar terbuai. Saya tidak lagi mengusap-usap kontolnya
dari balik celana, tetapi kedua lengan saya sudah melingkari lehernya tanpa
sadar. Mata saya terpejam erat-erat menikmati cumbuannya. Tiba-tiba terasa
lidahnya menerobos masuk mulut saya dan dijulurkannya menyentuh ujung lidah saya.
Dijilatinya lidah saya dengan lidahnya. “Eenggghh ..” Tanpa sadar saya
menjulurkan lidah saya juga. Kini kami saling menjilat dan napas saya tersengal-sengal
menikmati kelezatan rangsangan pada mulut saya. Air ludah saya yang mengalir
dijilati oleh Budi. Seperti orang kehausan, ia menjilati lidah dan daerah bibir
saya.

“Aaauungghh .. ooohhhh…”, saya mulai mengerang-erang. Napas Budi juga terdengar
memburu, “Heeeghh… hhnghh”, ia mulai mendesah-desah. Muka kami sekarang
berlepotan ludah, bau ludah tercium tetapi sangat saya nikmati. Dikenyot-kenyotnya
lidah saya kini sambil menjelajahkan lidahnya di rongga mulut saya. Saya membuka
mulut saya selebar-lebarnya untuk memudahkan Budi. Sekali-kali ia menghirup
cairan ludah saya. Saya tidak menyangka, laki-laki yang sehari-hari tampak sopan
ini sangat menggila di dalam sex. Dijilat-jilatnya juga leher saya. Sekali-kali
leher saya digigit-gigit. Ohhh .., alangkah nikmatnya, saya sangat menikmati
yang ia lakukan pada saya.
Tiba-tiba Budi menghentikan aktivitasnya, “Kak Win, pakaiannya saya buka yaahh”.
Tanpa menunggu jawaban saya, ia mulai membuka kancing-kancing baju dari atas
hingga ke bawah. Dilepaskannya baju saya. Sekarang saya tergolek bersandar di
sofa hanya dengan BH dan celana dalam saja beralaskan baju yang sudah terlepas.
“Indah sekali badan kak Win. Putih sekali”, katanya. Diusap-usapnya perut saya.
“Ahh, kak Win sudah tua dan tidak langsing lagi kok Bud”, kata saya agak sedikit
malu, karena perut saya sudah agak gemuk dan mulai membusung dengan adanya lemak-lemak.
Tetapi Budi tampak tidak perduli. Diciumnya lembut perut saya dan dijilatnya
sedikit pusar saya. Rasa geli dan nikmat menjalar dari pusar dan kembali
bermuara di daerah kemaluan saya.
Budi mengalihkan perhatiannya ke susu saya. Diusap-usapnya susu saya dari balik
BH. Perasaan geli tetapi nyaman terasa pada susu saya. Tanpa diminta saya buka
BH saya. Kini kedua susu saya terpampang tanpa penutup. Bayu memandangi kedua
gundukan di dada saya dengan muka serius. Susu saya tidaklah besar dan kini
sudah agak menggantung dengan pentil berwarna coklat muda. Kemudian ia mulai
membelai-belai kedua susu saya. Merinding nikmat terasa susu saya. Semakin lama
belaiannya berubah menjadi pijitan-pijitan penuh nafsu. Kenikmatan terasa
menerjang kedua susu saya. Saya mengerang-erang menahan rasa nikmat ini. Kini
dijilatinya pentil susu yang sebelah kanan. Tidak puas dengan itu dikenyotnya
pentil tadi dalam-dalam sambil meremas-remas susu. Saya tidak dapat menahan
nikmat dan tanpa terasa tubuh saya menggeliat-geliat liar. Cairan terasa
merembes keluar memek saya dan membasahi celana dalam yang saya kenakan. Kini
Budi berpindah ke susu dan pentil saya yang sebelah kiri dan melakukan hal yang
sama. Dikenyutnya pentil saya sambil digigit-gigit, dan diremas-remasnya pula
kedua susu saya. Perasaan nikmat membakar susu saya dan semakin lama rasa nikmat
itu menjalar ke lubang memek saya. Memek saya terasa basah kuyup oleh cairan
yang keluar. Saya mengerang-erang dan mengaduh-aduh menahan nikmat, “Oooohh
Buuuud..”.
Tangan Budi sekarang menjalar ke bagian celana dalam saya. “Ahhh, kak Win
celananya sudah basah sekali”, kata Budi. “Enghh, iya Buud.., kak Win sudah
sangat terangsang, ooohhh, nikmat sekali”, kata saya. Tepat di bagian depan
memek saya, jari-jarinya membelai-belai bibir memek melalui celana dalam. Rasa
geli bercampur nimat yang luar biasa menerjang memek saya. Saya tidak dapat
menahan rasa nikmat ini, dan mengerang -erang.
Kemudian Budi menarik dan melepas celana saya. Kini saya tergeletak menyandar di
sofa tanpa busana sama sekali.
“Ohh, indah sekali”, kata Budi. Diusap-usapnya rambut jembut saya yang hitam
lebat.
“Lebat sekali kak, sangat merangsang”, kata Budi. Dibukanya kedua belah paha
saya, dan didorong hingga lutut saya menempel di perut dan dada. Bibir-bibir
memek saya kini terbuka lebar dan dapat saya rasakan lubang memek saya terbuka.
Saya merasa ada cairan merembes keluar dari dalam lubang memek. Saya sudah
sangat terangsang. Tiba-tiba saja Budi berlutut di lantai dan ohhhhh, diciumnya
memek saya.
“Ahh, jangan Bud, malu…, di situ kan bau”, kata saya kagok.
“Bau nikmat kak”, kata Budi tidak perduli. Dijilatinya memek saya. Perasaan
nikmat menyerbu daerah selangkangan saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa lagi
dan hanya menikmati yang dia lakukan. Dijilatinya kelentit saya, dan sekali-sekali
dijulurkannya lidahnya masuk ke lubang memek yang sudah sangat basah itu. Ujung
lidah Budi keluar masuk lubang kenikmatan saya, kemudian berpindah ke kelentit,
terus berganti-ganti. Tangan Budi meremas-remas susu saya dengan bernafsu. Slerp,
slerp .., bunyi lidah dan mulutnya di memek saya. Kenikmatan semakin memuncak di
memek saya, dan terasa menembus masuk hingga ke perut dan otak saya. Saya tidak
mampu lagi menahannya. Kedua kaki saya mengejang-ngejang, saya menjepit kepala
Budi dengan tangan dan saya tarik sekuat-kuatnya ke memek saya. Saya gosok-gosokkan
mukanya ke memek saya. “Oooh, Buuud, kak Win keluar, ooooohhh …, nikmat sekali,
oohhhh” saya menjerit dan mengerang tanpa saya tahan lagi.
Rasa nikmat yang tajam seolah menusuk-nusuk memek dan menjalar ke seluruh tubuh.
Terpaan nikmat itu melanda, dan tubuh saya terasa mengejang beberapa saat.
Sesudah kenikmatan itu lewat, tubuh saya terasa lemah tetapi lega dan ringan.
Kaki saya terjuntai lemah. Budi sudah berdiri. Ia kini melepas seluruh bajunya.
Celana panjang dipelorotkannya ke bawah dan dilepas bersama dengan celana
dalamnya.
Oohhhhh, tampak pemandangan yang luar biasa. Budi ternyata memiliki kontol yang
besar, tidak sesuai dengan badannya yang sedang-sedang ukurannya. Kontol itu
berwarna coklat kemerahan. Suami saya bertubuh lebih besar dari Budi, tetapi
kontol Budi ternyata luar biasa. Astaga, ia mengocok-kocok kontol itu yang
berdiri kaku dan terlihat mengkedut - kedut. Kepala kontolnya tampak basah
karena cairan dari lubang kencingnya. Tanpa saya sadari, tangan saya menjulur
maju dan membelai kontol itu. Ogghhh besarnya, dan alangkah kerasnya. Saya remas
kepalanya, oohhhh .. Keras sekali, saya peras-peras kepalanya. Budi mengejang-ngejang
dan keluar cairan bening menetes-netes dari lubang di kepala kontolnya.
“Ahhhhh, jangan kak Win, saya nggak tahan, nanti saya muncrat keluar”, bisiknya
sambil mengerang.
“Saya mau keluarkan di dalam memek kak Win saja, boleh yahhh Kak ?”, kata Budi
lagi.
“Ahh, iya, Buud .., cepetan masukin ke memek kak Win, ayoohh”, kata saya. Kontol
yang keras itu saya tarik dan tempelkan persis di depan lubang memek saya yang
basah kuyup oleh cairan memek dan ludah Budi. Tidak sabar saya rangkul pantat
Budi, saya jepit pula dengan kedua kaki saya, dan saya paksa tekan pinggulnya.
Ahhhhh, lubang memek saya terasa terdesak oleh benda yang sangat besar, ohhhh
dinding-dinding memek saya terasa meregang. Kenikmatan mendera memek saya
kembali. Kontol itu terus masuk menembus sedalam-dalamnya. Dasar lubang memek
saya sudah tercapai, tetapi kontol itu masih lebih panjang lagi. Belum pernah
saya merasakan sensasi kenikmatan seperti ini. Saya hanya tergolek menikmati
kebesaran kontol itu. Budi mulai meremas-remas susu saya dengan kedua tangannya.
Tiba-tiba kontol itu mengenjot memek saya keluar masuk dengan cepatnya. Saya
tidak mampu menahannya lagi, orgasme kembali melanda, sementara kontol itu tetap
keluar masuk dipompa dengan cepat dan bertenaga oleh Budi.
“Aduuuhh, Buud, nikmat sekali.., aku nggak kuat lagi ..”. Saya merengek-rengek
karena nikmatnya.
“Hheehhhheh, sebentar lagi saya keluaaaar kaak ..”, kata Budi. Kocokannya
semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba terasa tubuhnya menegang. “Ahhhuuuggh, saya
keluar kaaaak .”, erang Budi tertahan-tahan. Kontol Budi terbernam sedalam-dalamnya.
Crut .. cruutt . crutt, saya merasakan ada cairan hangat menyemprot jauh di
dalam memek saya seolah tanpa henti. Budi memeluk saya erat-erat sambil
menyemprotkan cairan maninya didalam memekku. Mukanya tampak menegang menahan
kenikmatan. Ada sekitar satu menit ia meregang nikmat sambil memeluk saya.
Sesudah itu Budi menghela napas panjang. “Saya tidak tahu apakah saya menyesal
atau tidak, … tapi yang tadi sangat nikmat. Terima kasih kak Win”. Diciuminya
muka saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa. Air mata saya menetes keluar. Saya
sangat menyesali yang telah terjadi, tetapi saya juga menikmatinya sangat
mendalam. Saat itu saya juga merasakan penyesalan Budi. Saya tahu ia sangat
menyayangi Dian istrinya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur.
Sejak kejadian itu, kami hanya pernah mengulangi berzina satu kali. Itu kami
lakukan kira-kira di minggu ketiga bulan puasa, pada malam hari. Yang kedua itu
kami melakukannya juga dengan menggebu-gebu. Sejak itu kami tidak pernah
melakukannya lagi hingga kini. Kami masih sering bertemu, dan berpandangan penuh
arti. Tetapi kami tidak pernah sungguh-sungguh untuk mencari kesempatan
melakukannya. Budi sangat sibuk dan saya harus mengurusi Ilham yang masih kecil.
Saya masih terus didera nafsu sex setiap hari. Saya masih terus bermain dengan
internet dan menjelajahi dunia sex internet. Saya terus berusaha menekan birahi,
tetapi saya merasa tidak mampu. Mungkin suatu saat saya nanti saya akan
melakukannya lagi dengan Budi, dengan segala dosa yang menyertai.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar